Jadi Enterprenuer atau Pengusaha ?

Jadi Enterprenuer atau Pengusaha ?

Apakah beda pengusaha dan enterpreneur? Anda ingin jadi pengusaha atau enterpreneur?
Dalam beberapa artikel yang saya baca (dan yang saya pahami), memang ada perbedaan signifikan antara sekedar pengusaha, atau enterpreneur. Dalam beberapa kasus bahkan seorang enterpreneur menurut saya tidak melulu jadi pengusaha (atau jadi orang kaya). Nah, apakah seorang pedagang termasuk juga enterpreneur?

Dalam banyak kesempatan, tulisan, berita atau acara banyak disampaikan bahwa kemajuan sebuah negara amat tergantung dari para enterpreneurnya. Wakil presiden Yusuf Kalla malah sering menyampaikan dalam banyak kesempatan agar jumlah saudagar diperbanyak di negeri ini agar negeri kita lebih cepat berkembang dan maju. Bagaimana korelasinya?

Pertama, mari kita mendifinisikan perbedaan antara pengusaha, pedagang atau enterpreneur.
Seorang pengusaha atau wiraswasta adalah mereka yang mampu mandiri untuk menghidupi diri, baik usahanya atau keluarganya. Artinya, mereka tidak menggantungkan pendapatan mereka dari orang lain atau pemerintah. Pendapatan mereka adalah hasil menjual produk atau jasa mereka sendiri. Sedikit atau banyak tergantung dari nilai jual mereka. Mereka siap menerima resiko sendiri.

Seorang pedagang, adalah juga seorang wiraswasta. Karena mereka juga mandiri. Jika wiraswasta bisa jasa, maka pedagang adalah orang yang berusaha / berbisnis di sistem distribusi barang. Dari selisih nilai jual dan beli inilah mereka memperoleh margin untuk dijadikan keuntungan. Semakin efisien dan besar volume penjualan mereka, semakin besar pula keuntungan yang diterimanya.

Nah, sekarang adalah definisi enterpreneur. Seorang enterpreneur atau enterpreneurship adalah suatu sikap atau kondisi dimana seseorang mampu meningkatkan nilai tambah pada sesuatu barang atau keadaan, sehingga memiliki nilai jual atau manfaat yang lebih baik dari sebelumnya. Pada banyak hal, peningkatan nilai tambah inilah yang menjadi kunci keberhasilan seorang pengusaha enterpreneur.

Seorang pedagang yang sekedar menyalurkan barang, tanpa memberikan sentuhan lebih kepada barangnya sebelum dijual, bukanlah seorang enterpreneur. Akan tetapi, jika barang tersebut adalah setengah jadi kemudian diolah sehingga menjadi barang yang lebih sempurna, maka dia termasuk pedagang enterpreneur.

Mungkin seorang pemodal atau pengusaha yang bisa mendirikan usaha waralaba atau bahkan supermarket besar di kotanya bisa jadi bukan enterpreneur, karena dia sudah menjalankan proses bisnis yang sudah ada dan sekedar menikmati profitnya. Akan tetapi, mungkin dari sisi pemanfaatan lahan yang semula kosong tidak optimal, sehingga sekarang bisa menjadi menghasilkan adalah sikap enterpreneur.

Disinilah akhirnya kuncinya bisa ditemukan. Bahwa, memang ada benarnya jika peningkatan ekonomi sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh banyaknya enterpreneur. Bukan sekedar dari banyaknya wiraswasta atau saudagarnya.

Jika seorang pedagang atau pengusaha hanya mengumpulkan profit dari produk atau usaha yang sudah ada, maka sebenarnya tidak ada nilai tambah dari yang didapatkannya. Karena dia hanya memutar atau mendistribusikan uang dari titik satu ke titik lainnya, dan memperoleh margin dari perputaran tersebut.

Lain halnya jika dia mampu mengolah sesuatu yang nilai awalnya n, menjadi n+m ketika terjual artinya m adalah nilai tambah, bukan n + (m% * n) yang berarti m adalah margin. m pertama inilah yang merupakan nilai tambah produk tersebut.

Sebagai contoh, seorang pedagang pisang yang membeli pisang dari para petani, kemudian dijual lagi di pasar ke para pembeli end user adalah pedagang murni. Dia hanya akan memperoleh selisih harga dari pembelian. Akan tetapi, jika dia mengolahnya lagi, misalnya dimatangkan dengan teknologi atau dikemas bagus, sebelum akhirnya dijual lagi, maka ini adalah sikap enterprenur. Dia tidak sekedar menikmati selisih harga, akan tetapi juga peningkatan nilai produknya.

Enterpreneurship inilah yang sebenarnya lebih dibutuhkan oleh sebuah bangsa daripada sekedar pengusaha. Dimana dengan semakin banyaknya enterpreneur, akan menciptakan nilai-nilai tambah baru terhadap produk dan jasa yang ada. Semakin banyak tumbuh atau meningkatnya nilai-nilai baru, semakin signifikan pula keuntungan yang akan didapat.

Sehingga wajarlah, jika seorang enterpreneur mutlak harus inovatif dan kreatif. Dimana dia harus bisa merumuskan atau berfikir untuk bisa memberikan nilai tambah terhadap apa yang diproduksi atau dijualnya. Selain mampu pula memasarkannya. Sederhananya, enterpreneur harus bekerja keras agar mampu mengubah batu jadi emas.

Di Indonesia banyak sekali potensi, masih banyak sekali batu-batu yang berserakan yang harus diubah menjadi emas oleh para enterpreneur. Seorang pengusaha atau pedagang bisa saja menjual batu tersebut, akan tetapi tentu lebih menguntungkan jika diubah dulu menjadi emas. Batu-batu tersebut saat ini berupa sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang berlimpah.

Disinilah akhirnya korelasi tersebut ditemukan. Bahwa jika para pengusaha-enterpreneur yang tersebar di negeri ini mampu menjadikan batu-batu tersebut menjadi emas, maka kemakmuranlah yang akan tercipta.

Jika pengusahanya saja yang makin banyak, apalagi jika pada sektor atau bidang usaha yang sama, yang timbul hanya persaingan yang ketat dan bisa jadi menuju persaingan yang tidak sehat. Contohnya bisnis operator seluler. Akan tetapi jika yang banyak tersebut enterpreneur, maka yang akan timbul adalah produk-produk (inovasi) baru, pangsa pasar baru dan juga model bisnis-bisnis baru. Yang akan memunculkan banyak kesempatan kerja baru dan sumber-sumber ekonomi baru.

Inilah sebenarnya kondisi ideal yang diharapkan. Yang mampu secara riil meningkatkan harkat dan martabat bangsa. So, mari kita berlomba menjadi enterpreneur.

Sumber : http://segerhasani.wordpress.com/?p=31

0 Response to "Jadi Enterprenuer atau Pengusaha ?"

Followers